Langit masih terlihat mendung, disana sini angin ribut menerpa apa yang di laluinya… Sore ini Elvino masih nampak merenung di balik sebuah pohon randu di tepi danau Singkarak ,wajahnya nampak murung… Ini sudah yang kesekian kalinya, apa yang di pikirkannnya masih belum jelas, raut wajahnya memancarkan kesedihan yang begitu dalam entah apa….Dari jauh terlihat Eno gagap nampak berjalan sendirian. Ingin mencari hawa segar di tepi danau Singkarak, tapi tiba-tiba dia melihat Elvino yang sedang memandang hampa ke arah danau…
“Hahh..iiitu-kan sii-i Viin-no? Nga-nga..ngapain ntu-u a-an-nak??” ujar Eno dan mencoba mengahampiri sobat karibnya itu.
“Hel-llow? Nga-ngapain ni-i se-sen-ndirian-nn a-a-aja?”
“Heh..lu No..ngapain lu disini?”
“A-ku ya-yang se-seharus-snya na-an-nya,nga-ngapain di-disini? Sen-ndirian pu-pu-pulaa…”
“Hmmm..(Vino memandang kearah danau) apa masih ada sedikit waktu untuk mengulang kisah itu?,” Vino melirik sobatnya itu yang nampak bingung akan pertanyaannya,lalu bernyanyi.
Akhirnya kini kusadari dia telah pergi tinggalkan diriku, akankah semua kan terulang kisah cintaku yang seperti dulu…
“Mak-k-maksudnya-a???,” Eno menggaruk-garuk kepalanya yang tak terasa gatal.
“Hmmm sekarang perasaan aku nggak nentu… (Vino menghela nafas panjang) ..mungkin hari-hariku akan semakin kelabu….” Vino melangkah pergi, berhenti dan lalu bernyanyi lagi.
Bagaimana caranya… agar engkau mengerti yang selalu dihati hanyalah dirinya..sudah berbagai cara telah aku lakukan..meskipun terus terjatuh aku tak akan pernah menyerahh…
“Hey..tungg-ngu dulu-u do-ong…Lu na-napa sih-h?,” Vino tersenyum dari kejauhan dan melangkah pergi. Eno hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah sobatnya itu.
xxx
Acara Festival Band akan diselenggarakan tanggal 25 Februari. Berarti dua minggu lagi.. Sesilia, Antika, dan Amora nampak duduk-duduk di kantin sekolah. Tumben kali ini tanpa Nabila. Biasanya mereka selalu berempat. Tapi kabar terakhir yang didengar Nabila pergi ke Bandung menghadiri wisuda kakaknya.
“Sesil…Antika..dua minggu lagi akan diadakan Festival Band..Udah ada persiapan belum?,” Ucap Amora sambil tersenyum pada sahabat-sahabatnya.
“Everything I do….Ehh Mora, ada kabar terbaru dari Nabil..tau nggak apa??”
“Apa??” Mora balik bertanya.
“Dia akan pulang 25 Februari dari Bandung… Moga aja dia bisa nikmatin Festifal Band bareng kita?”
“Ya..moga-moga deh… Aneh juga nggak ada dia disini…, sepi…”
“Uhumm..kangen juga sama dia…”
Kemudian Amora, Sesilia, dan Antika bernyanyi bersama, “aku kangen kamu Nabil.. masih kangen kamu Nabil…. maukah kamu kembali, berkumpul bersama lagi…skali lagi!!,” diakhiri gelak tawa para gadis belia tersebut.
Ditempat lain… Elvino, Eno, Putra, dan Andika nampak berkumpul bersama didepan Labor IPA… Mereka nampak membicarakan sesuatu asyik sekali…
Sambil minum teh gelas, Putra menyodorkan sebuah selebaran kepada Elvino, Andika, dan Eno
“Ini…lihat!,” Andika menerima selebarannya dan mulai membaca.
“Inimah… selebaran Festival Band atuh…” kata Andika dengan logat sundanya…
“Lii-hatt a-aku-u” Eno membaca selebaran itu
“Mau ndaftar?? Gimana?” ucap Vino kepada para sahabatnya yang selalu setia dimanapun dan kapanpun itu.
“Boleh juga….gimana akang-akang semua? Mau tidak?” tanya Andika pada sahabatnya.
“Oke juga.. bisa dicoba… ya, siapa tau aja kita ini yang bakalan ngegaet pilanya ntar…?”
“Mudah-mudahan deh… Aminn. ”
Kemudian mereka semua melanjutkan tawa candanya… Membicarakan perihal mata pelajaran tadi yang mintanya susah ampun dan sebagainya.. Hingga akhirnya mereka bubar masuk kelas karena bel pelajaran telah berbunyi.. Ning- nong- ning- nong……………….
xxx
Acara Festival Band yang bertajuk anak muda ini sudah semakin dekat. Para kaula muda di SMAN 1 Singkarak sudah mempersiapkan berbagai atribut yang diperlukan. Amora, Sesilia, Antika nampak sibuk memperbaiki hiasan untuk mempercantik tempat pentasnya, maklum para gadis-gadis dengan talenta keibuannya. Sedangkan ditempat lain Elvino, Eno, Putra, dan Andika nampak sibuk dengan pekerjaan lain. Mengangkat kursi tamu dan mempersiapkan alat bandnya, semuanya terlihat sangat sibuk.
Tiba-tiba Handphone Antika berdering.. tinut- tinut- tinut, satu pesan dari Nabila.
“Heiii.. Antik… besok aku bakalan pulang, acara Festival Band pasti bakalan seru! bilang sama anak-anak ya…. salam manis buat semuaanya ^_^”.
“Heiii teman-teman! Besok Nabil bakalan pulang! Salam juga dari dia buat semuanya…,” Antika spontan berterik pada sahabat-sahabatnya karena saking senangnya.
“Wahhh…asyik dong…”. Kejadian itu didengar langsung oleh Vino, Nabil akan pulang besok… Berarti dia akan bertemu lagi dengan Nabila… Hmmm…
Acara yang ditunggu-tunggupun datang juga…Anak-anak di SMARAK nampak antusias menyambut acara ini… Pembawa acara membuka acaranya..
“ Baik teman-teman semua… Acara kita bakalan heboh nih… wahh moga-moga lancar sampai akhir dehh… baik… kita mulai aja, yang pertama penampilan dari band indie kita.. D’ Labor..kepada sobat kita ini di persilahkann……….apllause untuk mereka.”
Gemuruh tepuk tangan para penonton membahana, salah satu Band indie sekolah mereka bakalan tampil untuk membuka acara tahunan yang digelar kali ini. Elvino sebagai vokalis, Eno gitaris, Putra drummer, dan Andika bass… Mereka melambaikan tangan pada penonton. Petikan dawai gitar Eno menghentak, aura-aura semangat memancar diikuti dengan lompatan-lompatan para remaja yang terbawa suasana. Vino mulai bernyanyi.
“Setiap perkataan yang menjatuhkan, tak lagi kudengar dengan sungguh, juga tuk berkata yang mencela tak lagi kucerna dalam jiwa, aku bukanlah seorang yang mengerti tentang kelihaian membaca hati,ku hanyalah pemimpin kecil yang berangan tuk merubah nasibnya.. wooo bukankah ku pernah melihat bintang, senyum menghiasi sang malam yang berkilau bagai permata…..”
Tiba-tiba Vino berhenti bernyanyi… karena melihat Nabila dari kejahuan, semua temannya dan para penontonpun bingung akan ulahnya.
“Nabil!” Vinopun berteriak sembari berlari mengejar Nabila. Hingga akhirnya dia dapat menemui Nabila, inilah jawaban yang sempat dipertanyakan dahulu, ada apa gerangan dengan Vino. Ternyata yang ada dipikirannya selama ini adalah Nabila.
“Nabila…kenapa kamu ninggalin aku?”
“Vino??”
“Aku salah apa sama kamu? Kenapa kamu akhiri semuanya?”
“Ini bukan salah kamu.. Ini terbaik buat kita”
Tiba-tiba gempa mengguncang. Semuanya berlarian untuk menyelamatkan diri masing-masing, Vino memegang tangan Nabila dan membawa lari dari ruangan Aula sekolah yang cukup luas tersebut. Tapi tiba-tiba tubuh Vino tertimpa reruntuhan bangunan.
“Vino!!!” teriak Nabila sembari menangis. Hembusan nafas terakhir yang hanya sempat didengar Nabila. Vino telah tiada. Tak ada kata yang sempat terucap untuk yang terakhir kalinya, hanya tubuh kaku dan senyum beku. Alampun ikut bersedih, setelah gempa mengguncang hujan gerimis turun disertai pelangi yang indah menjulang diatas langit dengan warnanya mejikuhibiniu. Setetes air mata bening mengalir disudut bola mata Vino. Air mata terakhir untuk Nabila dan untuk orang yang ditinggalkannya. Tak ada yang bisa di ucapkan Nabila, kecuali hanya menangisi kepergian Vino yang secara tiba-tiba. Kedatangannya yang disambut dengan sebuah kematian tragis orang yang disayanginya itu terukir jadi sebuah kenangan terpedih yang tak akan dilupakannya sampai kapanpun jua. Siapapun tak pernah menyangkal kapanpun ajal bisa datang menjelang.
Semenjak kejadian itu… Eno, Putra, Andika, Sesilia, Amora, dan Antika senantiasa menghibur hati Nabila dan menamakan diri mereka “the laborioz”, sebuah nama persahabatan sekaligus untuk mengenang Vino sahabat mereka sekaligus yang terpenting dalam hidup Nabila.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar