Suatu hari, seorang petani tebu bernama ujang pergi ke kebun tebu. Sesampai di sana dia berdiri di tempat ketinggian sambil memandangi tebu-tebunya yang siap panen. Dengan sebuah arit di tangan kanannya dia berkata, “Ya Allah, hari ini hari yang sangat membahagiaka bagi hamba-Mu ini. Setelah beberapa bulan menunggu akhirnya tebu-tebuku siap dipanen”.
Mendengar kata Ujang tebu seolah tak berdaya dengan tatapan pasrah, hidupnya mungkin hanya sampai di sini. Tubuhnya serasa tak mampu brdiri, daun terkulai lemah dan akar serasa tak mampu menopang tubuh.
Ujang turun ke kebunnya memulai memanen. Saat akan mengayunkan aritnya, tebuberteriak ” Jangan….!!! ” . “Kenapa….????” Sahut Ujang. “ Jangan tebas saya Tuan, biar Allah saja yang mencabut nyawa saya, takkan sanggup rasanya manahan sakit tubuh dipisahkan dari akar ”. “Wahai tebuku sayang, sudah beberapa bulan engkau berdiri dan tumbuh di sini. Apakah kau tidak jenuh..?”. “Tidak..!!”. “Apakah kau tidak mau menjadi tebu yang berguna bagi yang lainnya..??”. “Maksud Tuan…??”. “Ya, kalau kau tidak ku tebas, maka kau hanya akan menjadi kayu lapuk di sini”. “Ya sudahlah Tuan”.
Mendengar kata tebu, Ujang mulai menebas tebu-tebunya. Kemudian membawanya ke pabrik untuk diolah. Sesampai di pabrik Ujang kembali mengambil aritnya.melihat apa yang dilakukan Ujang, tebu bertanya lagi. “Tuan ada apa lagi..?”. “Aku akan memotongmu menjadi beberapa bagian”. “Kenapa harus dipotong..?”. “Kalau kau tidak ku potong, maka kau hanya akan menjadi santapan semut-semut kelaparan”.
“Kalau begitu, silahkan potong saya..!!”.
Akhirnya Ujang memotong-motong tebu menjadi beberapa bagian. Setelah itu mesukkan kedalam mesin pelindas untuk diambil airnya. Sebelumnya potongan tebu bertanya lagi, “Tuan, kau benar-benar tidak sayang lagi kepada saya…? .Tubuh yang halus ini akan dilindas di mesin itu…? Saya tidak akan mampu menahan sakitnya ”. “Bukannya aku tidak menyayangimu. Jika kau tidak dilindas maka aku tidak akan bisa mengambil airmu yang manis ”
Tebu merelakan tubuhnya dilindas hingga gepeng, kemudian ampasnya dibuang dan hanya airnya saja yang diambil . “Tuan, kenapa air saya saja yang diambil…? Tubuh saya yang gepeng ini kenapa dibuang..? ”.
“Kau tidak akan ku buang, karena kamu punya banyak manfaat. Aku akan menyimpanmu satu atau dua bulan sehingga kau menjadi kompos ”. “Kalau saya menjadi kompos, lalu apa guna saya…??”. “Kau akan menjadi pupuk dan penyelamat generasi penerusmu”. “Mmm… Begitu ya Tuan..?. Tak masalah”.
Ujang menuangkan air tebu ke dalam kuali besar dan mulai menyalakan api di sebuah tungku yang besar pula. Setelah 30 menit kemudian, Ujang mengambil penyaringan untuk memisahkan busa yang berwarna hitam . “Tuan, , kenapa saya dipisahkan dari teman-teman…?? “Kau harus ku pisahkan dari air tebu, kalau tidak nanti gula yang dihasilkan akan berwarna hitam dan tidak menarik”. “Lalu, apakah saya tidak berguna..??”. “Kau tetap berguna walaupun rupamu jelek”. “Untuk apa…….??”. “Kau akan membuat kenyang sapi-sapiku”. “Ternyata,, walaupun rupaku jelek masih ada manfaatnya ”.
Setelah beberapa jam direbus terbentuk manisan berwarna kuning kemerahan yang sudah agak mengental. Ujang mengecilkan api dan memasukkan manisan kedalam wadah khusus(tempurung kelapa), untuk diaduk-aduk. Ketika Ujang mulai mengaduk, manisan bertanya. “Tuan, saya sudah terlalu sakit di rebus beberapa jam. Sekarang harus merasakan pusing aduk-aduk. Apakah tidak lebih baik saya dibiarkan dingin tanpa harus diaduk..??. “Inilah proses yang harus kau jalan. Kau harus diaduk-aduk dulu sebelum masuk cetakan, supaya memiliki bentuk dan warna yang menarik. Jika aku membiarkanmu dingin di kuali ini kau hanya akan menjadi bongkahan gula yang besar. Lalu bagaimana nanusia bisa memanfaatkanmu dengan ukuran yang sebesar itu ”. “Sekarang saya mengerti, kenapa Tuan memperlakukan saya seperti ini ”.
Akhirnya Ujang mulai mengaduk manisan dan menuangkan ke dalam cetakan yang sudah disiapkan.
Gula tebu yang manis dengan tekstur yang menarik telah terbentuk. Sekarang siap untuk dimanfaatkan menjadi bahan kolak, pemanis, bahan dasar kecap dan masih banyak lagi manfaatnya.
Gula tebu telah bernapas lega, dia berhasil melalui proses yang menyakitkan untuk menjadi gula yang manis.
Nah teman, hidup kita ibarat tebu…. Allah memberikan kita ujian agar menjadi makhluk yang kuat. Ada yang berpendapat, kalau diberi cobaan oleh Allahmenyangka Allah marah dan tidak menyayangi kita.Padahal tidaklah demikian teman. Seharuanya dengan ujian tersebut kita bisa belajar arti kehidupan, tidak gampang menyarah , bersabar dalam menghadapi masalah dan bisa bermanfaat bagi orang lain. Dibalik ujian tersebut Allah punya rencana yang terbaik untuk makhluk-Nya.
Kalau kita berhasil menghadapi ujian tersebut, maka kita naik ke derajat kehidupan yanfg lebih tinggi.
Satu lagi,,, sejelek apapun kita, sekurang apapun pasti kita pasti bisa melakukan sesuatu yang bermanfaat baik bagi diri sendiri apalagi orang lain asal mau berusaha…..!!!!
“ALLAH TIDAK AKAN MENIMPAKAN SESUATU TERHADAP MAKHLUK-NYA TANPA HIKMAH ”
HELFI SYUKRIANI SMA N 1 HILIRAN GUMANTI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar